Rabu, 30 Desember 2015

Pengaruh Kondisi Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumen


Pengaruh Kondisi Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumen 

(Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Pembelian Impulsif untuk Produk Fashion pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB I
PENDAHULUAN




     1.1  LATAR BELAKANG

Globalisasi yang terjadi pada bidang perekonomian disebut dengan globalisasi perekonomian. Globalisasi perekonomian diartikan sebagai suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan hilang dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Pengaruh tersebut terlihat dari semakin pesatnya perkembangan pembangunan khususnya di bidang ekonomi Banyaknya pembangunan mall di kota-kota besar menunjukkan tingginya budaya konsumtif di kalangan masyarakat. Para investor cenderung memilih membangun mall di daerah perkotaan, dengan anggapan bahwa masyarakat perkotaan berada di kelas ekonomi menengah ke atas. Dalam perkembangannya mall bertransformasi tidak hanya sekedar tempat berbelanja namun juga sebagai tempat hiburan. Langkah tersebut biasanya dilakukan oleh pihak mal untuk menarik perhatian orang mengunjungi mall dan tanpa disadari perkembangan ini justru menyebabkan pergeseran perilaku konsumsi masyarakat menjadi lebih konsumtif. Masyarakat perkotaan memiliki total pengeluaran rata-rata sebesar Rp4,4 juta per bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dinilai cenderung konsumtif (Herdaru Purnomo, 2013).
Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak direncanakan adalah terjadinya pembelian impulsif. Pembelian impulsif (impulsive buying) atau biasa disebut juga unplanned purchase merupakan perilaku seseorang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Konsumen melakukan pembelian impulsif tidak berpikir untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga. Menurut Rook dan Fisher (1995: 306) pembelian impulsif diartikan sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Dari definisi tersebut terlihat bahwa impulsive buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat.
Pembelian impulsif merupakan fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat. Pada proses membeli impulsif, calon pembeli langsung mengarah kepada suatu produk tertentu dan kemudian melakukan pembelian secara cepat. Perilaku pembelian impulsif timbul secara tidak sadar pada saat individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup. Sebagai contoh, ketika seseorang dengan teman sebayanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau mall yang tujuannya hanya sekedar jalan-jalan atau mengisi waktu luang kemudian melihat produk dengan model terbaru atau melihat adanya potongan harga (discount) pada produk tertentu, akhirnya memutuskan membeli meskipun ketika berangkat tidak ada rencana untuk membeli. Berdasarkan fenomena dan pengamatan
sehari-hari yang peneliti lakukan banyak ditemukan remaja termasuk mahasiswa, relatif sering membeli produk fashion dan aksesorisnya. Mereka tak jarang membeli produk fashion dan barang-barang yang sama dengan temannya atau bahkan membanding-bandingkan barang kepemilikannya dengan barang temannya untuk melihat barang siapa yang lebih trendy.
Masalah remaja merupakan bahan kajian yang potensial untuk digali dan diteliti. Hal ini karena jumlah remaja yang berusia antara 10 sampai 24 tahun di Indonesia sangat besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014) jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun di Indonesia secara umum mengalami peningkatan yaitu 64 juta jiwa pada tahun 2008 meningkat menjadi 65,7 juta jiwa pada tahun 2014. Jumlah yang demikian besar merupakan peluang yang sangat potensial bagi produsen atau pemasar untuk memasarkan hasil produksinya. Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 45-47) mahasiswa termasuk dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara usia 18 sampai 25 tahun. Masa ini ditandai oleh persiapan akhir memasuk peran-peran orang dewasa. Remaja pada masa ini memiliki keinginan untuk diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Pada tahap ini perkembangan intelektual remaja telah berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuan nalarnya tinggi dan lebih matang dalam hal mengambil keputusan.
Tingkat konsumsi mahasiswa Yogyakarta dapat dikategorikan dalam kategori menengah sampai tinggi. Menurut M. Syaifullah (2012) mahasiswa di Yogyakarta menghabiskan Rp23,1 miliar per bulan untuk biaya rekreasi dan hiburan. Jumlah ini mengalahkan biaya belanja buku yang mencapai Rp21 miliar per bulan. Total seluruh biaya, para mahasiswa menghabiskan Rp423,8 miliar per bulan atau rata-rata mahasiswa menghabiskan Rp1,8 juta per bulan. Adapun berdasarkan domisili asal, mahasiswa asal Sulawesi paling tinggi pengeluarannya, yaitu mencapai rata-rata Rp2,6 juta per bulan. Paling rendah mahasiswa asal Pulau Jawa, yang hanya mencapai rata-rata Rp1,6 juta per bulan. Hal ini merupakan potret pembiayaan mahasiswa di Yogyakarta secara umum (Tempo.co, 2012).
Pada umumnya mahasiswa telah diberi kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengelola keuangannya sendiri. Dengan demikian mereka merasa beba menggunakan uang yang dimiliki tanpa pengawasan langsung dari orang tua, hal tersebut menyebabkan mahasiswa seringkali kurang rasional dalam membelanjakan uangnya. Para remaja atau mahasiswa lebih sering menggunakan emosi sehingga mengarah pada pembelian secara spontanitas. Pembelian impulsif seringkali terjadi pada produk-produk yang dirasa cukup menarik bagi kelompok konsumen ini, salah satunya adalah produk fashion yang terdiri dari pakaian, celana, sepatu, sandal, jam tangan, kerudung, topi dan tas yang berfungsi sebagai sarana dalam meningkatkan
self image dan mood. Melalui produk fashion tersebut remaja dapat terlihat
lebih modis dan menawan.
Dari beberapa pernyataan mahasiswa di atas, peneliti menduga bahwa hal tersebut berkaitan dengan perilaku pembelian impulsif yang terjadi di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Berdasarkan ulasan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Selanjutnya penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Pembelian Impulsif untuk Produk Fashion pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”.

     1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY? 
  2. Bagaimana pengaruh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY?

     1.3  TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini mengacu pada permasalahan yang telah disebutkan di atas yaitu untuk mengetahui pengaruh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY.

1.4  MANFAAT PENELITIAN
M   Manfaat Teoritis 
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan perkembangan ekonomi sekaligus menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2.     Manfaat Praktis
a.       Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas perilaku konsumsi mahasiswa, sehingga tidak mengarah pada perilaku konsumtif serta mengurangi perilaku pembelian impulsif.
b.      Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk berlatih dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian serta menambah wawasan penulis agar berpikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi kaitannya dengan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 KERANGKA TEORI

Masalah Ekonomi
Masalah dalam ekonomi adalah kelangkaan sumber daya relatif terhadap pemenuhan kebutuhan, sementara jumlah kebutuhan manusia tidak terbatas. Dengan demikian, untuk mendapatkan kepuasan dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas maka manusia harus melakukan pemilihan kebutuhan dengan cara mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien. Ilmu ekonomi membantu manusia untuk mencapai kemakmuran yang maksimal dari sumber-sumber atau alat-alat yang tersedia.
Menurut Pandey & Bhattacharya (2012: 3) melek ekonomi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep ekonomi untuk membuat keputusan tentang penghasilan, tabungan, pengeluaran dan mengalokasikan uang. Hal ini diperjelas oleh pendapat dari Organization for Economic Literacy (OEL) yang menegaskan bahwa melek ekonomi tidak hanya meliputi pemahaman konsep dasar ekonomi dan fakta ekonomi, tetapi juga tentang kemampuan berpikir kritis yang mendukung cara berpikir ekonomi yang benar. Dengan kata lain, melek ekonomi melibatkan pengetahuan dan penerapan teori-teori ekonomi yang mendasar dalam mengambil keputusan tentang sumber daya yang terbatas.
Menurut Mathews (1999: 2) literasi ekonomi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan individu agar dapat mengenali atau menggunakan konsep ekonomi dan cara berpikir ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan menurut Jappelli (2009) pada prinsipnya literasi ekonomi merupakan alat untuk mencapai tujuan, hanya saja pada kenyataannya tidak semua orang memiliki literasi ekonomi yang tinggi sehingga mengkerucutkan peluang mencapai kesejahteraan. Salah satu indikatornya adalah menjadi orang yang cerdas dalam mengelola sumber daya ekonominya guna mencapai kesejahteraan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi ekonomi merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dasar ekonomi dan cara berpikir kritis dalam pembuatan keputusan ekonomi. Literasi ekonomi dapat membuat seseorang menjadi cerdas dalam mengelola sumber daya ekonomi untuk mencapai kesejahteraan dengan cara mengaplikasikan konsep ekonomi tersebut. Selain itu, literasi ekonomi menjadi sangat penting untuk membuka pengetahuan tentang biaya atau manfaat suatu barang dalam aktivitas ekonomi.

Hubungan Literasi Ekonomi dengan Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen ditentukan oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekonomi, sehingga literasi ekonomi menjadi hal penting. Literasi dalam perekonomian suatu negara menjadi penting, karena dengan literasi ekonomi berarti menunjukkan masyarakat suatu negara merupakan konsumen atau produsen yang cerdas, sehingga akan mendorong terhadap pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang cerdas akan mampu memilih produk yang dapat mendorong perekonomian negaranya, bukan memperkaya negara lain sebagaimana yang menjadi tujuan dari globalisasi. Terkait dengan perilaku konsumsi remaja atau mahasiswa, pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia berkualitas.
Pendidikan merupakan suatu proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku. Dapat dikatakan bahwa orang dianggap belajar jika menunjukkan perubahan-perubahan tingkah laku dalam hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia dapat bertindak atau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dari proses pembelajara termasuk dalam mengambil keputusan. Keputusan ekonomi yang cerdas terlihat dari kemampuan mencari sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan benefit. Hal ini diperjelas oleh Jappelli (2009: 9) bahwa literasi ekonomi menjadi semakin penting untuk membuat keputusan rumah tangga, yaitu bagaimana berinvestasi yang tepat, berapa banyak meminjam yang tepat di pasar uang dan bagaimana memahami konsekuensi atas stabilitas keseluruhan ekonomi.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Impulsif
Menurut Loudon dan Bitta (dalam Fikrah Wathani, 2009: 15) menjelaskan bahwa karakteristik produk, karakteristik pemasaran, dan karakteristik konsumen memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku pembelian impulsif. Karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Karakteristik produk yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif yaitu:
a)      Memiliki harga yang rendah
b)      Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
c)      Siklus kehidupan produknya pendek
d)     Ukurannya kecil dan ringan
e)      Mudah disimpan
2) Karakteristik pemasaran, hal-hal yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif antara lain:
a)      Distribusi massa pada self-service outlet terhadap pemasangan iklan besar-besaran dan material yang akan didiskon.
b)      Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol turut mempengaruhi pembelian impulsif.
3) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, yaitu:
1.      Kepribadian konsumen.
2.      Demografis, karakteristik demografis terdiri dari gender, usia, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.
3.      Karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi yang dihubungkan dengan tingkat pembelian impulsif.
Menurut Fatchur (2009: 251) faktor situasional dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, termasuk pembelian impulsif. Faktor situasional tersebut sangat komplek, sehingga dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Lingkungan fisik (physical surrounding)
2.      Lingkungan sosial (social surrounding)
3.      Perspektif waktu (temporal perspectives)
4.      Sifat tujuan berbelanja (task definition)
5.      Suasana hati pada saat berbelanja (antecedent states)
Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen diantaranya adalah kepribadian konsumen, pendidikan, dan lingkungan sosial. Faktor tersebut sesuai dengan variabel bebas dalam penelitian ini yang dianggap dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan perilaku pembelian impulsif yaitu literasi ekonomi atau pemahaman terhadap ekonomi,kontrol diri dan kelompok teman sebaya.

Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri  Secara Bersama-Sama terhadap Perilaku Pembelian Impulsif

Apabila seseorang memiliki literasi ekonomi yang baik atau pemahaman terhadap ekonomi yang cukup baik, maka orang tersebut akan berpikir cerdas dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Seperti halnya mahasiswa yang duduk dibangku kuliah dan mempelajari berbagai konsep ekonomi, mahasiswa tersebut dituntut untuk dapat mengaplikasikan konsep ekonomi dalam kegiatan sehari-hari. Dengan demikian, mahasiswa akan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan mempertimbangkan biaya atau manfaat suatu barang serta mampu mengalokasikan sumber daya yang terbatas dengan benar. Sehingga perilaku pembelian impulsif dapat dihindari.
Kelompok teman sebaya dikatakan berpengaruh terhadap perilaku konsumen atau pengambilan keputusan pembelian yang mengarah pada perilaku pembelian impulsif melalui interaksi dalam kelompok sebaya tersebut. Pengaruh kelompok teman sebaya membuat remaja cenderung lebih konsumtif dan tidak rasional dalam berperilaku konsumsi, karena pada dasarnya remaja mudah terpengaruh dan ikut-ikutan teman misalnya saja dalam hal berpakaian atau membeli produk fashion terlihat seperti ada persaingan di dalamnya. Hal tersebut diduga mengarah pada perilaku pembelian impulsif. Kontrol diri juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang khususnya remaja atau mahasiswa. Jika remaja memiliki kontrol diri yang baik, maka akan bertindak secara rasional dan penuh pertimbangan dalam berkonsumsi sehingga tidak mengarah pada perilaku konsumtif. Tetapi remaja cenderung memiliki kontrol diri yang rendah, sehingga banyak remaja yang bertindak tanpa pertimbanganpertimbangan terlebih dan hanya menggunakan emosi sesaat dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dapat mendorong remaja berperilaku konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pada akhirnya mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
            Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri dapat mempengaruhi perilaku konsumsi remaja berupa kecenderungan melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif biasanya terjadi pada produk-produk yang terjangkau dan dianggap dapat menambah penampilan seseorang menjadi lebih menarik, salah satunya adalah produk fashion. Remaja atau mahasiswa cenderung impulsif pada produk fashion, karena produk fashion merupakan elemen penting bagi mahasiswa untuk menunjang penampilannya di kampus. Jenis produk fashion tersebut bermacammacam seperti pakaian (baju dan celana), tas, sepatu, sandal, kerudung, jam tangan, kaca mata/softlens, topi, dan aksesoris (kalung-kalung, gelang dan cincin).


BAB III
HASIL PENELITIAN




3.1 Pengaruh Literasi Ekonomi terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai thitung sebesar -0,600 dengan nilai signifikansi t sebesar 0,549 dan koefisien regresi (b1) sebesar -0,014. Karena nilai signifikansi t > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY.
Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diketahui bahwa tingkat literasi ekonomi mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2014 termasuk dalam kategori sedang. Meskipun kecenderungan literasi ekonomi menunjukkan kecenderungan sedang, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Dapat disimpulkan bahwa baik mahasiswa yang memiliki tingkat literasi ekonomi tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan dalam perilaku pembelian impulsif.
Menurut penelitian Rook (1987: 193-195) pembelian impulsif memiliki beberapa karakteristik yaitu: spontanitas; kekuatan, kompulsi dan intensitas; kegairahan dan stimulasi; dan ketidakpedulian akan akibat. Meskipun pada dasarnya literasi ekonomi bertujuan untuk membuka pengetahuan tentang biaya/manfaat suatu barang dalam aktivitas ekonomi, dengan kata lain untuk menghindarkan seseorang dari perilaku konsumtif. Namun jika dilihat dari karakteristik pembelian impulsif yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan mengapa literasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif terjadi secara spontan, tidak terencana, cepat, tidak terkendali dan tidak mempertimbangkan akibat yang akan timbul selanjutnya. Oleh karena itu, ketika dalam situasi pembelian terutama pembelian impulsif, mahasiswa tidak sempat atau tidak ada waktu untuk mengingat dan memperhitungkan bagian-bagian dari konsep ekonomi yang telah dipelajarinya. Sehingga tingkat literasi ekonomi yang dimiliki tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.

3.2  Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri secara Bersama-Sama terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
Literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian dengan uji F yang diperoleh nilai Fhitung sebesar 53,564 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Karena nilai sig. F < 0,05 maka hal ini berarti bahwa literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Sehingga dapat membuktikan hipotesis keempat yang telah dikemukakan sebelumnya.
Hasil pengujian regresi ganda menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,462 atau 46,2%. Jadi dapat dikatakan bahwa 46,2% perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri. Sedangkan sisanya sebesar 53,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel literasi ekonomi dalam memberikan sumbangan relatif sebesar 0,7%, variabel kelompok teman sebaya sebesar 39,5% dan variabel kontrol diri sebesar 59,8%. Sedangkan sumbangan efektif dari masing-masing variabel adalah 0,32% untuk variabel literasi ekonomi, 18,25% untuk variabel kelompok teman sebaya dan 27,63% untuk variabel kontrol diri.


BAB IV
PENUTUP



4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa baik mahasiswa yang memiliki tingkat literasi ekonomi tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan dalam perilaku pembelian impulsif.
2.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan kelompok teman sebaya terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Dikarenakan banyaknya waktu yang dihabiskan dan interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya membuat remaja semakin terpengaruh oleh kelompok teman sebaya itu. Kondisi tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi perilaku pembelian mereka dan kemudian mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
3.      Terdapat pengaruh negatif dan signifikan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini membuktikan, semakin tinggi kontrol diri mahasiswa, maka semakin rendah perilaku pembelian impulsif. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri, maka semakin tinggi perilaku pembelian impulsif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi memiliki kontrol diri yang baik dan mampu mengontro perilakunya sehingga tidak mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
4.      Terdapat pengaruh yang signifikan literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 53,564 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Karena nilai sig. F < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,462, berarti bahwa 46,2% perilaku pembelian impulsif mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri. Sedangkan sisanya 53,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri masing-masing memberikan sumbangan efektif sebesar 0,32% untuk variabel literasi ekonomi, 18,25% untuk variabel kelompok teman sebaya dan 27,63% untuk variabel kontrol diri.

4.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Meskipun dalam penelitian ini literasi ekonomi tidak berpengaruh, mahasiswa diharapkan lebih mendalami literasi ekonomi atau pemahaman konsep-konsep dasar ekonomi, sehingga tidak hanya menguasai secara materi yang nantinya akan cepat lupa, namun dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari literasi ekonomi tersebut agar mahasiswa dapat berpikir kritis, rasional, dan hati-hati dalam menghadapi masalah ekonomi, termasuk dalam kegiatan konsumsi sehingga dapat terhindar dari perilaku pembelian impulsif.
2.      Dalam bergaul dengan teman sebaya hendaknya mahasiswa memperhatikan batas-batas perilaku yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan. Jangan sampai pergaulan dengan teman sebaya mempengaruhi kehidupan yang mengarah pada perilaku hedonisme dan konsumtif.
3.      Mempertahankan dan meningkatkan aspek psikologi yaitu kemampuan mengontrol perilaku agar tidak mudah terpengaruh oleh dampak negatif dari lingkungan sekitar termasuk dalam perilaku konsumsi.
4.      Bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti maupun mengembangkan penelitian serupa, penulis menyarankan agar mempertimbangkan variasi dari sampel yang akan diteliti dan tentunya dengan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


SUMBER
http://eprints.uny.ac.id/23808/1/SKRIPSI_NURAENI_11404241013.pdf

Jumat, 27 November 2015

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MENENTUKAN PEMBELIAN SMARTPHONE


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat membuat keberadaan telekomunikasi sebagai media penghubung menjadi sangat penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya arus globalisasi maka menuntut semakin cepatnya proses pertukaran informasi yang terjadi antar wilayah dan negara, selain itu telekomunikasi juga berfungsi sebagai penghubung yang dapat membuat jarak yang jauh menjadi dekat, dan dapat membuat orang semakin mudah untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

 Dunia teknologi informasi memang selalu menarik untuk selalu di perbincangkan, terutama yang berkaitan dengan telekomunikasi. Ini ditandai dengan perkembangan internet, kemudian disusul dengan teknologi telepon seluler (Handphone) yang begitu cepat dan canggih sehingga setiap orang tertarik untuk memiliki. Setiap orang tidak hanya memiliki suatu produk karena fungsinya dan model fisik semata tetapi juga rasa bangga dan pengakuan yang didapatkan dari memiliki produk-produk tersebut. Teknologi dalam telepon seluler (Handphone) merupakan salah satu daya tarik untuk menarik para konsumen untuk membeli. Desain atau model unik serta teknologi yang digunakan seperti kamera, bunyi panggilan serta fasilitas yang dapat berinternet merupakan daya tarik untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Handphone (telepon genggam) banyak digunakan oleh masyarakat karena praktis dan mudah dibawa kemana saja. Awalnya handphone hanya digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan singkat, seiring dengan perkembangan pola pikir manusia muncul ide bahwa handphone tidak hanya digunakan untuk telepon dan mengirim pesan saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengirim email dan menjelajah internet. Para perusahaan pembuat handphone pun saling bersaing untuk dapat menciptakan karya baru. Persaingan yang semakin ketat di pasar handphone inilah yang menimbulkan fenomena pertumbuhan alat komunikasi yang lebih canggih yaitu munculnya smartphone. Smartphone adalah ponsel yang menawarkan kemampuan canggih kombinasi antara PDA dan mobile phone

 Saat ini smartphone sudah menjadi kebutuhan pribadi bagi orang-orang yang menggunakannya seiring dengan semakin turunnya harga smatphone. Smartphone bukan lagi merupakan barang mewah yang sulit untuk diperoleh, hampir di semua tempat baik itu di mall, kantor, sekolah, kampus dan angkutan umum banyak orang yang menggunakan smartphone

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep pemasaran modern pun mengalami perkembangan dengan menempatkan konsumen sebagai perhatian utama. Atribut sistem operasi yang terdapat pada Blackberry dan Android akan mempengaruhi sikap konsumen dalam mengambil keputusan membeli, seperti yang dikatakan oleh Fandy Tjiptono (2001:103) mengenai atribut produk adalah “unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan”. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya. Sedangkan atribut-atribut pada sistem operasi Smartphone meliputi Fitur, Tampilan/desain, Kinerja dan layanan. Seperti yang dikatakan Kotler dan Armstrong (2004:347) menyatakan bahwa “Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya” dan menurut Cravens (1998:14) fitur juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membedakan suatu merek dari pesaingnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MENENTUKAN PEMBELIAN SMARTPHONE

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian smartphone ?
2.      Bagaimana sikap perilaku  konsumen dalam menentukan pembelian smartphone?

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian smartphone
2.       Menganalisis sikap perilaku konsumen dalam menentukan pembelian smartphone

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut :


1.4.1.      Manfaat Akademis

Dapat memberikan tambahan wawasan, pengetahuan dan penerapan ilmu dalam dunia nyata mengenai tingkat perilaku konsumen dalam pembelian smartphone dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2.      Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna untuk mengetahui lebih lanjut dalam sikap perilaku konsumen.






 
BAB II

PEMBAHASAN


2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2003). Menurut Setiadi (2008) perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

The American Marketing Association (Setiadi, 2008) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut:

Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka (American Marketing Association).

Dari definisi tersebut diatas terdapat 3 (tiga) ide penting, yaitu :
(1) Perilaku konsumen adalah dinamis;
(2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar; serta
(3) hal tersebut melibatkan pertukaran.

1.       Perilaku konsumen dikatakan dinamis
2.       Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena perilaku seseorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Sifat yang dinamis tersebut menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat
3.       Perilaku konsumen melibatkan interaksi
4.       Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan dan tindakan manusia serta lingkungan. Perusahaan akan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen apabila perusahaan dapat memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen.
5.       Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
6.       Perilaku konsumen melibatkan pertukan antar manusia. Dengan kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.

2.1.3        Pengertian Smartphone
Alat yang dikategorikan sebagai telepon pintar (smartphone) menggunakan sistem operasi yang berbeda. Dalam hal fitur, kebanyakan telepon pintar mendukung sepenuhnya fasilitas surel (surat elektronik) dengan fungsi pengatur personal yang lengkap. Fungsi lainnya dapat menyertakan miniatur papan ketik QWERTY, layar sentuh atau D-pad, kamera, pengaturan daftar nama, penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras, kemampuan membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah internet atau hanya sekedar akses aman untuk membuka surel perusahaan, seperti yang ditawarkan oleh BlackBerry.
Beberapa orang mengartikan Smartphone sebagai ponsel sederhana dengan berbagai fitur canggih didalamnya seperti kemampuan mengirim email, menjelajah internet, eksternal USB keyboard, download dan install aplikasi dengan waktu singkat atau dapat dikatakan bahwa smartphone merupakan komputer dalam ukuran kecil.

2.1.4        Pengertian Konsumen
Sumarwan (2003) membagi konsumen ke dalam dua jenis, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu dan sering disebut sebagai pemakai akhir atau konsumen akhir. Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan, dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk, peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Dalam penelitian ini objek penelitian merupakan konsumen individu, sebab konsumen membeli produk untuk digunakan sendiri.
Sedangkan menurut Undang-Undang RI No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen definisi dari konsumen adalah setiap orang yang  memakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Setiap konsumen dari suatu bisnis merupakan titik sentral perhatian pemasaran yang sangat perlu mendapat perhatian dan diharapkan akan menjadi konsumen yang menguntungkan bagi perusahaan.

 
2.1.5        Proses Keputusan Pembelian
Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Pendirian orang lain, faktor situasi tidak diantisipasi, dan risiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan. Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian; pelanggan yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada temen-temen mereka (Setiadi, 2008).

Menurut Kotler (2007), terdapat 5 tahap proses keputusan pembelian konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian,

1.      Pengenalan kebutuhan.
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan. Pembeli mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan macam apa dan permasalahan apa saja yang muncul dan bagaimana cara pemasar menuntun konsumen untuk membeli produk tertentu.

2.      Pencarian informasi.
Setelah kebutuhan dikenali, konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula
tidak mencari informasi tambahan. Pada tahap ini orang akan lebih menerima informasi.

3.      Pengevaluasian alternatif.
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang alternatif merek yang ada, konsumen menggunakan informasi yang ada untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan dan menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan.

4.       Keputusan pembelian.
Menurut Setiadi (2008) terdapat dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang. Tujuan pembelian juga dipengaruhi oleh keadaan tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.

5.       Perilaku setelah pembelian.
Proses pengambilan keputusan tidak berhenti pada pengkonsumsian, melainkan berlanjut ke evaluasi produk yang dikonsumsi, yang mengarah pada respon puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli puas atau tidak puas terhadap pembeliannya adalah hubungan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk jauh dibawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan, jika melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat senang.


2.1.6        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian

Banyak faktor yang mempengaruhi Proses pengambilan keputusan konsumen, bisa dari dalam diri konsumen maupun dari luar. Kotler (2007) mengemukakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Sedangkan menurut Engel et al. (1994) ada tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk, yaitu:

1.      Pengaruh Lingkungan; konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks.
Perilaku proses keputusan mereka dipengaruhi oleh:

a.       Budaya, seperti digunakan di dalam studi perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan symbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu dalam berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Dalam perspektif yang berbeda semua bentuk pemasaran merupakan saluran tempat makna budaya ditransfer ke barang konsumen.

b.      Kelas Sosial, mengacu pada pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagai nilai, minat dan perilaku yang sama. Masyarakat dibedakan oleh perbedaan status sosioekonomi yang berjajar dari rendah ke tinggi. Status sosial ini kerap menciptakan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda.

c.       Pengaruh Pribadi, sebagai konsumen perilaku kita kerap dipengaruhi oleh mereka yang berhubungan erat dengan kita. Kita mungkin merespons terhadap tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain.

d.      Keluarga, adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan yang tinggal bersama. Keluarga adalah pengaruh utama pada sikap perilaku individu.

e.       Situasi, perilaku individu dapat berubah ketika situasi berubah. Situasi konsumen dapat dipisahkan ke dalam tiga jenis utama yaitu, situasi komunikasi (latar dimana konsumen dihadapkan kepada komunikasi pribadi atau non-pribadi), situasi pembelian (latar dimana konsumen memperoleh barang dan jasa) serta situasi pemakaian (latar dimana konsumsi terjadi).





2.      Perbedaan Individu:
Mengacu pada faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dibagi menjadi lima cara penting, yaitu:

a.       Sumber Daya Konsumen, setiap orang membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, antara lain: waktu, uang dan perhatian (penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada ketersediaan masing-masing, sehingga memerlukan semacam alokasi yang cermat.

b.      Motivasi dan Keterlibatan, keterlibatan adalah faktor yang penting di dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi.

c.       Pengetahuan, dapat didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakupi susunan luas informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan untuk membeli, bagaimana menggunakan produk.

d.      Sikap, mengacu pada pembentukan suat sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkan setelah konsumen menyelesaikan pencarian akan informasi dan evaluasi yang luas terhadap berbagai kemungkinan. Engel, et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan arang merespons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.

e.       Kepribadian, Gaya hidup dan Demografi. Ketiga variable ini berguna dalam mendefinisikan berbagai karakter objektif dan subjektif dari konsumen di dalam pangsa pasar target. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Keputusan pembelian seorang konsumen bervariasi antar individu karena karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing konsumen. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Demografi adalah pendeskripsian pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pekerjaan dan pendapatan. Usia orang yang akan membeli barang atau jasa berbeda sepanjang waktu. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan akan mempengaruhi pilihan produk seseorang



BAB III

PENUTUP

3.1              3.1. Kesimpulan
Pada analisis sikap konsumen, atribut mutu produk, fitur produk dan manfaat produk menjadi pertimbangan yang paling penting dalam proses keputusan pembelian smartphone , sedangkan atribut yang paling tidak dipentingkan adalah warna produk.

3.2           3.2. Saran

Promosi melalui iklan dalam menggunakan media cetak harus terus dipertahankan dan frekuensi iklan harus ditingkatkan,begitu juga dengan promosi melalui toko harus ditingkatkan baik pelayanan maupun suasana.Perusahaan harus terus memperkenalkan merek dagangnya dengan meningkatkan mutu produknya serta menciptakan desain atau model yang dapat menarik perhatian konsumen dalam membeli smartphone dan menetapkan harga sesuai dengan target pemasarannya







Sumber :